MENGGERAKKAN KONSUMSI PRODUK OLAHAN UNTUK KEBERLANGSUNGAN EKONOMI UMKM SAAT PANDEMI COVID 19

Strategi Sinergisasi Program Tanggap Sosial dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT

Pandemi covid 19 diperkirakan lama. Kota Wuhan di China sebagai epicentrum pertama penyebaran covid 19 mengalami kembali gelombang wabah yang bisa disebut second wave. di berbagai Negara terutama Negara-negara Eropa dan Amerika, pandemi ini terus mengalami peningkatan yang luar biasa. Indonesiapun menjadi Negara dengan peningkatan kasus positif covid 19 tertinggi di Asia Tenggara. Efek yang luar biasa dari penyebaran ini memukul sektor fundamental ekonomi berbagai Negara hingga pertumbuhan ekonomi mengalami minus.

Dampak yang diperkirakan panjang ini disadari sepenuhnya oleh seluruh warga dunia termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai stimulus dan bantuan sosial, salah satu yang menjadi perhatian serius adalah masalah pangan.  Sektor ini disiapkan melalui program-program yang telah berjalan dan program-program lain seperti teralokasi dari dana desa dan jarring pengaman sosial lainnya. Tak kalah hebat, masyarakatpun bahu membahu melakukan kesiapsiagaan yang digalang oleh ormas, orsos, lembaga caritas/baitul maal dan organisasi-organisai lain serta masyarakat sampai tingkat kampong. Itu semua dilakukan untuk memberikan perhatian bagi pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat terdampak pandemi Covid 19.

Upaya yang semakin massif ini tentunya sanagat positif, namun demikian perlu lebih dikreasikan agar memberikan nilai tambah dan memperluas nilai manfaatnya. Bantuan pangan dapat memberikan solusi pemenuhan pangan, namun belum berdampak lebih luas untuk menggerkkan sektor ekonomi terutama UMKM. Persoalan utama dalam keadaan pandemi ini adalah lumpuhnya sektor ekonomi sebagian besar UMKM sehingga menyebabkan turunnya daya beli masyarakat sampai pada tingkat yand rendah.

Secara prosentase jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 99 % dari total usaha. Prosentase ini menunjukkan bahwa dampak ekonomi akibat covid 19 akan dirasakan oleh sektor ini pula. 60% UMKM bergerak dalam sektor pangan (pertanian, perikanan, pengolahan makanan/minuman, restoran, catering dan warung makan). Yang artinya, jika bantuan-bantuan sosial dapat melibatkan UMKM di sektor pangan ini secara lebih luas maka akan memberikan efek ekonomi yang berlipat (Multiple effect of economic)

Bantuan Pangan pada Saat Masa Pandemi Covid 19

Berbagai gerakan bertemakan ketahanan pangan melalui program-program sosial hampir semuanya melakukan santunan berupa bantuan pangan. Bantuan pangan yang disalurkan berupa beras, minyak goreng, mie instan, lauk-pauk kalengan dll. Jika dicermati maka bantuan tersebut belum memberikan dampak multiple effect of economic kepada sektor usaha kecil dan mikro. Bantuan berupa beras misalnya, maka belum melibatkan usaha keil dan mikro memperoleh manfaat di dalamnya. Berbeda jika bantuan diberikan dalam wujud makanan olahan, seperti abon, telor asin, bakso dll. Bantuan ini akan memberikan manfaat tidak hanya bagi penerima, namun sekaligus akan menggerakkan sektor usaha kecil dan mikro. Misalkan pembuatan bakso, maka industri besar penyuplai terigu terlibat, industri tepung kanji dari ketela terlibat, industri peternakan sapi terlibat dan industri penyuplai bahan-bahan pembantu ikut terlibat. Contoh lain pada produk abon lele, maka peternakan lele terlibat, industri kecil olahan abon terlibat, perdagangan bumbu-bumbu terus bergerak dan pastinya akan menyerap tenaga kerja di sektor produksi dan distribusinya pula.  Itu sekedar contoh bagaimana kluster-kluster UMKM dapat bergerak ketika bantuan sosial diwujudkan dalam bentuk olahan pangan. Bebeda jika bantuan lebih didominasi berupa beras yang dipastikan tidak banyak sektor usaha lain yang dapat merasakan manfaatnya atas pengadaan beras ini selain dari sektor pertanian dan penggilingan padi atau jalur distribusinya. Beras sendiri dapat diolah dalam berbagai produk-produk olahan yang memiliki nilai tambah, sehingga menciptakan geliat ekonomi yang bersamaan dengan program-program caritas yang dilaksanakan oleh organisasi-organisasi sosial.

Sinergisasi Program dengan Lembaga Keuangan Syariah (LKMS) BMT

Program sosial pada akhirnya dapat pula berperan untuk tetap menggerakkan sektor ekonomi terutama ekonomi mikro dan kecil ketika dapat memperbanyak pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitaas “bertambahnya nilai” suatu barang dari bahan baku menjadi bahan makanan olahan. Ativitas ini akan semakin berdampak luas ketika melibatkan sektor Lembaga Keuangan Mikro Syariah BMT. LKMS BMT yang berprinsip-prinsip syariah berkewajiban menyalurkan dananya untuk menggerakkan sektor riil. Sektor riil bergerak ketika sumber modalnya tercukupi dan pasarnya tersedia dengan baik. Di sisi lain Lembaga Keuangan terus berkembang ketika cashflow berjalan dengan lancar. Kekuatan ini semuanya akan terjadi ketika terwujud sinergisasi antara lembaga-lembaga donatur semacam Lembaga ZIS/Baitul Maal dengan LKMS BMT melalui program santunan berupa makanan olahan.

Saat ini banyak industri kecil berhenti produksi dan kehabisan modalnya sehingga terpaksa merumahkan para karyawannya. Peran LKMS BMT menjadi sangat penting untuk mendorong industri kecil-mikro ini bergerak kembali melalui stimulan pembiayaan. Tentunya ini terwujud ketika sinergisasi program bantuan sosial berupa makanan olahan dapat terwujud.

Akhirnya, melalui tulisan ini diharapkan dapat dilakukan perencanaan oleh pemerintah, masyarakat, ormas, lembaga sosial yang melaksanakan program-program bantuan pangan untuk dapat mengalihkan bantuannya dari mayoritas bahan makanan pokok untuk ditingkatkan secara signifikan prosentasi jumlah bahan makanan olahan dalam bantuan-bantuan yang disalurkannya.

oleh : Dedi S Heri (Ketua Koperasi BMT ELBUMMI 373, Trainer, NLPers)

Scroll to Top